Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama bagi pembentukan pribadi dan karakter setiap individu. Orangtua memegang peranan penting dalam mengantarkan seorang anak tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan berkualitas. Oleh karena itu, orangtua haruslah mampu memberikan pengasuhan yang tepat kepada anak terutama di era digital yang semakin berkembang pesat.
Perkembangan teknologi digital tentunya juga membawa pengaruh pada tumbuh kembang anak. Pengaruh tersebut dapat menjadi sesuatu yang positif ataupun negatif tentunya bergantung bagaimana peran orangtua menyikapinya. Fenomena yang sekarang ini sering terjadi contohnya ketika ada disebuah acara keluarga, banyak anak-anak yang berada pada satu tempat yang sama namun minim komunikasi dan interaksi dikarenakan hampir semua anak sibuk dengan gawainya masing-masing. Bahkan, tidak jarang gawai dianggap sebagai “excellent babysitters” bagi para orangtua Dimana orangtua dapat melakukan aktivitasnya tanpa diganggu oleh anaknya dengan cara memberikan gawai bagi anaknya yang belum waktunya menggunakan gawai tersebut. Tidak jarang akhirnya dampak dari kebiasaan pola pengasuhan tersebut berujung pada hambatan ataupun keterlambatan dalam perkembangan anak dari berbagai aspek.
Pada orangtua umumnya terjadi sebuah dilemma dimana ada perasaan takut akan pengaruh negatif teknologi digital terhadap anaknya namun disisi lain, teknologi tersebut juga dibutuhkan. Hal ini tentunya membutuhkan sikap yang bijak dari orangtua dalam pengasuhan di era digital ini termasuk untuk menghindari potensi risiko anak menjadi korban tindak kejahatan. Kejahatan secara online pada anak diantaranya:
- Konten online dimana anak hanya sebagai penerima pesan misalnya iklan, spam, konten pornografi, kekerasan, rasis, kebencian dan merusak.
- Perilaku online dimana anak sebagai pelaku misalnya pembajakan, perundungan/pelecehan padaorang lain, membuat/upload konten/komen dan opini yang merusak terutama dalam perkembangannya seorang anak belum memiliki kematangan dalam kemampuan berpikir, emosi dan pengambilan keputusan sehingga rentan dimanipulasi dan diprovokasi.
- Relasi online dimana anak sebagai partisipan yang berpotensi mengalami perundungan/cyberbullying, pelechan, penipuan, dan penyalahgunaan media sosial.
Saat anak menjadi korban dari kejahatan online tentunya akan berpengaruh pada kesehatan mental anak tersebut. Hal ini juga dapat dilihat dari maraknya berita-berita mengenai gangguan kesehatan mental yang dialami oleh anak terkait dampak negative penggunaan media sosial. Kesehatan mental merupakan sebuah kondisi individu yang berada dalam keadaan Sejahtera, mampu mengenal potensi dirinya, mampu menghadapi tekanan sehari-hari dan mampu berkontribusi di lingkungannya (WHO,2015). Oleh karena itu, pola pengasuhan yang tepat di era digital tidak hanya akan membuat anak tumbuh menjadi generasi yang tangguh dan berkualitas namun juga generasi yang sehat mental dimana anak tersebut pada akhirnya mampu berkontribusi dengan positif dalam lingkungannya.
Pengasuhan yang “menumbuhkan” di era digital, orangtua sebaiknya ikut terlibat dalam teknologi digital. Ikut bermain, ikut diskusi terkait penggunaan teknologi serta memberikan referensi agar anak lebih memahami penggunaan teknoligi dengan tepat terutama saat bermedia sosial. Orangtua sebaiknya tidak beralasan dengan konsep pemikiran bahwa Ia sudah tua dan tidak mengerti tentang aplikasi, game, ataupun hal sejenisnya yang sedang digunakan oleh anaknya. Orangtua harus terus belajar dan siap akan perubahan-perubahan supaya dapat membimbing dan melakukan pengawasan dengan tepat terhadap anaknya saat menggunakan media sosial/teknologi digital. Pengetahuan tersebut juga dibutuhkan agar orangtua tetap terus memberikan stimulasi terbaik kepada anak sesuai dengan tahapan perkembangannya baik dari aspek kognitif, emosi, motorik, bahasa dan sosial. Stimulasi yang dilakukan tentunya haruslah bersifat komprehensif agar anak bertumbuh dan berkembang dengan maksimal.
Berikut ini hal-hal yang dapat diperhatikan orangtua dalam memberikan pengasuhan di era digital:
- Tambah pengetahuan tentang dunia gawai sehingga dapat menerapkan pengawasan serta aturan aman bagi anak, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.
- Beri Batasan waktu kepada anak dan sebaiknya diberikan sesuai dengan usianya.
- Ajak anak untuk melakukan aktivitas fisik di luar rumah, ajak bersosialisasi dan bertemu teman sebaya. Ingatlah bahwa “Relationships are an important part of a healthy lifestyle, and can have a significant impact on our physical and mental health” dengan kata lain bahwa relasi/hubungan dengan interaksi yang nyata tetaplah hal yang paling utama diantaranya dengan meningkatkan kuantitas waktu yang berkualitas bersama anak tanpa gawai.
- Kembangkan bakat anak dan fasilitasi dengan menyesuaikan kemampuan.
- Tegas dalam menerapkan aturan yang telah disepakati sebelumnya bersama dengan anak beserta konsekuensinya saat aturan tersebut dilanggar.
- Ajak anak berkenalan dan bermain dengan alam untuk menstimulasi berbagai aspek perkembangannya.
- Jelaskan pada anak dampak buruk yang dapat ditimbulkan jika menggunakan gadget ataupun bermedia sosial dengan sembarangan. Bahwa ada perbedaan anatara dunia maya dan dunia nyata.
Dunia digital tidak dapat dihindari, oleh karena itu dampingilah anak melaluinya dengan tepat, aman dan sehat. (Rensi, M.Psi., Psikolog)