Rensi, M.Psi., Psikolog
UPT PPA Pada Dinas P3APPKB Provinsi Kalimantan Tengah
Dari cerita diruang praktek sebelum pandemiā¦.
Seorang pelajar kelas XII datang menemui saya meminta untuk diterapi agar bisa lebih percaya diri. Saat itu ia akan menghadapi ujian praktek untuk kelulusan Sekolah Menengah Atas, ia mengataka jika ia bebrbicara didepan orang banyak ia selalu berkeringat dingin, berdebar-debar, tidak fokus dan jadi lupa akan segala yang telah ia pelajari. Anak ini sebenarnya tergolong berprestasi, namun jika harus berhadapan dengan orang secara langsung (tampil dalam sebuah forum), maka hal tersebutlah yang ia alami. Setelah dilakukan sesi psikologi, didapati bahwa anak ini memiliki Riwayat sebagai korban bullying pada saat duduk di kelas IV Sekolah Dasar. Saat itu, ia merupakan ssiswa yang sangat aktif di kelas, bahkan saat pelajaran jika guru menanyakan pertanyaan ia langsung mengangkat tangan dan menjawab. Namun, ada teman-temannya yang tidak menyukainya dann akhirnya membully dengan menganggap dirinya adalah anak yang sok pintar dan tidak mau berteman dengannya. Singkat cerita, hal ini merupakan pengalaman pertama dimana ia mengalami gejala serupa seperti yang ia sampaikan saat pertama kali datang.
Dari cerita singkat tersebut diatas, dapat dilihat betapa dampak dari bullying tidak hanya sehari dua hari namun dapat dibawa disepanjang hidup korban. Tidak suka kepada sesuatu atau seseorang adalah hal yang wajar. Namun, jika ketidaksukaan tersebut diekspressikan melalui perbuatan yang buruk, mengganggu atau membuat orang lain merasa terganggu itu termasuk kedalam tindakan bullying. Bullying dapat berupa perilaku verbal atau fisik yang ditujukan untuk mengganggu orang lain yang lebih lemah. Bullying termasuk menggoda secara verbal dan memanggil dengan nama yang tidak disukai, mendorong dan memukul, penolakan dan pengecualian dari lingkungan sosial.
Bullying tentunya dilakukan tidak hanya satu kali namun biasanya berkali-kali. Dikarenakan sesuatu yang dilakukan secara berulang tersebut, maka korban bullying cenderung akan mengalami tekanan secara psikologis bahkan tidak jarang menimbulkan perubahan perilaku, penurunan prestasi belajar, trauma, dan lain-lain. Bullying tidak hanya memiliki dampak negatife terhadap korban saja, namun juga dampak negatif terhadap pelaku. Pelaku bullying akan belajar bahwa tidak ada risiko apapun bagi mereka bila mereka melakukan kekerasan, agresi, maupun mengancam anak lain. Namun, Ketika dewasa maka pelaku memiliki potensi lebih besar menjadi pelaku criminal dan cenderung akan bermasalah dalam fungsi sosialnya.
Selain berdampak pada korban dan pelaku, bullying juga tentunya akan membawa dampak terhadap orang lain yang menyaksikan ataupun mengetahui perbuatan tersebut. Saksi cenderung akan mengalami perasaan yang tidak menyenangkan dan mengalami tekanan secara psikologis. Saksi cenderung merasa terancam dan ketakutan atau bahkan berpotensi menjadi korban selanjutnya.
Jadi bisa dibayangkan bagaimana dampak jangka panjang dari bullying terhadap korban, pelaku, maupun saksi. Orangtua sebaiknya memahami dan menjaga dengan tidak diam saja ketika anaknya menjadi pelaku, korban ataupun saksi dari bullying.
(
Cohn Canter, 2003; Hyman & others, 2006; Limber, 2004) Beberapa strategi untuk mengurangi bullying terutama di sekolah:
- Monitoring dari orang yang lebih dewasa
- Menetapkan peraturan dan sanksi terhadap bullying
- Membuat pesan terkait program anti-bullying
- Mengajak orang tua untuk menjadi model yang baik
- Cepat tanggap dalam mengidentifikasi korban bullying
- Memberikan training terkait sosial skills dalam menghadapi bullying
- Mengajak orang tua menghubungi psikolog, konselor atau profeesional lain untuk membantu korban ataupun pelaku bullying.
Apa yang harus dilakukan jika menjadi korban bullying? Langkah terbaik adalah lapor ataupun ceritalah kepada orang terdekat agar mereka dapat menolong dan kamu terbebas dari dampak bullying. Berbaur dengan teman yang membuat percaya diri dan berpikir positif akan sangat membantu menghadapi masa-masa terbeerat ataupun tekanan yang dihadapi.
Apa yang harus dilakukan guru jika mengetahui terjadinya bullying di lingkungan sekolah ataupun terhadap siswanya? Guru dapat melakukan pendekatan terhadap siswanya secara personal dan persuasive, menjaga dan memperhatikan siswa dengan baik selama ataupun diluar jam mengajar, menegur anak yang melakukan kekerasan / bullying dan melakukan pendekatan terhadap siswa tersebut, melakukan pendekatan dengan orangtua siswa.
Apa yang harus dilakukan saksi bullying? Sebaiknya jangan diam, cobalah untuk melerai dan mendamaikan. Dukunglah korban bullying agar dapat mengembalikan kepercayaan dirinya dan bertindak positif. Saksi juga perlu berbicara dengan orang terdekat agar Tindakan bullying dapat dihentikan serta menolong baik korban dan pelaku dari dampak bullying. Jika terjadi di lingkungan sekolah, maka dapat berbicara kepada pihak sekolah untuk membantu.
Apa yang harus dilakukan orangtua? Orangtua dapat melaporkan kepada guru jika anak menjadi korban di lingkungan sekolah, melakukan pendekatan dan mengajak anak bicara, ajarkan anak untuk dapat membela diri secara verbal, melatih anak untuk melawan terutama jika hal tersebut membahayakan dirinya, menciptakan pola pengasuhan yang positif.
Pendampingg korban bullying dapat melakukan hal-hal sederhana untuk membantu korban dapat merasa lebih nyaman . Diantaranya belajar untuk mengenali dan memberikan perhatian, mendengarkan dengan seksama disertai empati serta memberikan respon yang sesuai bagi korban.
Stop bullying dan mulailah dari kepedulian terhadap oranglain dengan cara yang sederana yang dapat kita lakukan.